Dan ini bukan tanpa sebab. Soalnya aku merasa sudah berada di titik dimana aku akan merasa cemas kalau tidak melihat berita terkini di medsos. Sebuah perasaan cemas dan takut yang timbul di dalam diri ku jika ketinggalan sesuatu yang baru, seperti berita, tren, dan hal lainnya atau dalam isitilah kerennya FOMO (Fear Of Missing Out).
Ya, walaupun aku kadang masih bisa curang dengan membuka Instagram dan Facebook di komputer. Atau kadang karena ada hal yang penting aku harus install kembali Instagram di hp ku ini. Tapi jika sudah selesai akan ku hapus lagi. Yang initinya menurutku, yang paling mengganggu itu adalah notifikasi media sosialnya, apapun itu. Yang muncul tiba-tiba saat kita sedang kerja atau belajar. Dan itu benar-benar mengganggu dan membuatku sulit fokus.
Setidaknya jika ku rangkum ada beberapa alasan kenapa aku melakukan puasa medos ini.
Pertama, media sosial seperti Instagram, Facebook, dan Tiktok membuatku menjadi suka membanding kehidupanku dengan kehidupan orang lain yang dalam tanda kutip "terlihat lebih menarik, lebih pintar, lebih kaya dan lebih lebih yang lainnya". Yang membuatku merasa insecure.
Padahal aku tahu banget kalau media sosial itu kebanyakan hanya di jadikan sebagai alat untuk membuat branding diri. Agar terlihat sempurna di depan publik. Ya 11 12 lah dengan akun sebuah produk yang sedang membranding produknya akar terlihat menarik dan bisa laku dijual di pasaran.
Kedua, membuatku terlena dengan dunia maya dan lupa dunia nyata. Sadar atau tidak, notifikasi dari sebuah like ataupun komentar membuatku merasa bangga dan dihargai. Aku merasa keberadaanku sebagai manusia di akui oleh orang-orang diluar sana.
Bahkan inilah yang membuat media sosial memiliki efek candu terhadap penggunanya termasuk aku. Karena kita dapat dengan mudah mendapatkan penghargaan dan pengakuan dari orang lain cukup dengan memposting foto atau cerita sehari-hari kita, maka akan muncul notifikasi like atau komentar dari teman-teman yang menfollow kita.
Setiap kali ada notifikasi itu, maka setiap kali itu juga muncul rasa senang dan bahagia dalam diriku yang dalam ilmu kedokteran disebutakan karena keluarnya hormon dopamin dalam otak sehingga timbulah rasa bahagia.
Rasa bahagia yang instan ini rupanya membuatku terlena dengan dunia maya dan menjadi membuatku menjadi kaku jika harus melakukan melakuka interaksi sosial di dunia nyata.
Ketiga, awalnya aku menjadikan media sosial sebagai tempat yang bagus untukku agar lebih produktif, dengan membagikan kata-kata bijak setiap hari, membagikan ulang video motivasi-motivasi setiap hari. Tapi setelah ku pikir kembali. Sesutu yang baik pun jika kita melakukanya secara berlebihan makan akan menjadikanya buruk.
Niat ingin lebih produktif hanyalah modus. Yang ingin ku kejar sebenarnya adalah like dan komen saja. Buktinya aku malah jadi sibuk mencari kata-kata bijak untuk bahan post setiap hari dan melupakan kualitas dari sebuah postingan yang ku buat.
3 alasan yang ku sebutkan tadi bukan berarti media sosial itu buruk sama sekali dan tidak ada manfaatnya. Jika ada orang yang bisa mendapatkan manfaat dari media sosial, misalkan sebagai penghasil cuan dengan jualan online, atau memang mempunyai niat tulus membuat konten-konten motivasi atau dakwah misalnya, maka tidak masalah.
Media sosial bisa kita analogikan seperti dua mata sisi uang. Jika kita sedang berada di sisi positifnya maka teruskan. Jika kita sedang berada di sisi negatifnya, maka ada baik kita puasa medsos dulu.
Lalu apa saja manfaat yang ku dapatkan dari medsos sampai saat ini :
Pertama, lebih fokus. Ada banyak sekali pekerjaan yang harus ku selesaikan, baik itu pekerjaan kantor, pekerjaan rumah, atau tujuan hidup yang ingin ku capai. Dan sering kali pekerjaan ku selesai tidak di waktu yang tepat (terlambat) karena terdistraksi oleh notifikasi-notifaski tadi.
Setelah melalukan puasa medos selama beberapa minggu, pekerjaanku yang menumpuk pun satu persatu mulai beres. Aku pun jadi meiliki banyak waktu untuk melakukan hal hal lain yang aku sukai.
Kedua, lebih bahagia. Seperti yang sudah ku katakan di awal bahwa like dan komentar dari teman-teman dunia maya itu memang terasa membahagiakan. Namun jika ku renungkan kembali itu sifatnya hanyalah sementara dan semu semata.
Justru kebahagiaan yang sebenarnya aku rasakan ketika bisa menyelesaikan pekerjaan-pekerjaan yang telah lama menumpuk tepat pada waktunya.
Kebahagian ku kurasakan juga ketika bisa berinteraksi langsung dengan teman-teman di dunia nyata. Bercanda bersama, tertawa bersama, sedih bersama tanpa perlu cemas dan khawatirkan akan ketinggalan berita atau tren terkini di media sosial.
Ketiga, lebih produktif. Setelah bebarap minggu puasa medsos, sesuatu yang dulunya hanya sebatas rencana dan wacana saja pelan-pelan mulai terealisasi juga. Aku bisa membaca lebih banyak buku, dan bisa menulis lagi di blog tentunya.
Keempat, memiliki lebih banyak teman di dunia nyata. Dulu ketika waktu kosong tiba langsung saja ku isi dengan scroll media sosial. Waktu yang ku gunakan untuk menscroll media sosial dalam sehari bahkan sampai berjam-jam lamanya. Dan parahnya lagi waktu berjam-jam itu ku lalui tanpa kerasan.
Sekarang waktu kosong itu bisa ku gunakan untuk lebih aktif dalam perkumpulan-perkumpulan pemuda yang memili hobi yang sama. Seperti hobi membaca buku misalnya, yang foto kegiatannya ku taruh paling atas.
0 Komentar